Kamis, 14 Agustus 2008

Pengantar Muslimonot


oleh : Dr.-Ing. H. Fahmi Amhar

Kita bayangkan sebuah kampung terpencil di tengah hutan rimba, di mana belum ada fasilitas jalan, listrik, telekomunikasi dan sebagainya. Orang-orang di sana juga masih hidup dalam tingkatan yang tergolong primitif. Rumah-rumah mereka terbuat dari potongan dahan-dahan pohon dan atapnya rumbia. Namun tiba-tiba kita temukan sebuah rumah modern, terbuat dari beton dan kaca, dengan fasilitas mewah. Terdapat pembangkit listrik bertenaga surya. Ada antene parabola untuk telekomunikasi ke dunia luar. Di dalam gedung yang pendingin udara itu terdapat fasilitas lengkap untuk hidup dan bekerja. Di atap gedung terdapat landasan helikopter. Mungkin itu satu-satunya sarana transportasi ke dunia luar.


Melihat ini semua, kita tentunya akan berpikir dua hal: Pertama, gedung modern itu pasti dibuat oleh orang dari luar kampung tersebut. Kedua, pembuatnya itu pasti punya maksud dengan gedung itu. Barangkali gedung itu adalah fasilitas penelitian bertaraf internasional, untuk misi inventarisasi keanekaragaman hayati. Mungkin juga gedung itu dibuat untuk misi suatu perusahaan pertambangan galian langka yang sangat rahasia. Yang jelas, pencipta gedung itu memiliki maksud tertentu di balik ciptaannya.

Demikian juga dengan bumi kita ini. Kalau kita menjelajahi alam semesta, akan kita dapatkan bahwa planet kita ini sangat unik. Jaraknya ke matahari begitu pas, demikian juga dengan periode rotasi mengelilingi porosnya. Gravitasi bumi juga sedemikian rupa sehingga gas-gas di atmosfernya tidak membeku di permukaannya, namun juga tidak lenyap ke ruang angkasa. Astmosfer inilah yang melindungi bumi dari hempasan meteor, radiasi kosmik serta menjaga distribusi energi dari panas sinar matahari. Struktur dan kerapatan udara di atmosfer juga sungguh cocok dengan kemampuan pernafasan mahluk hidup. Kemudian topografi permukaan bumi juga menjamin tidak ada badai yang berkepanjangan antara bagian bumi yang panas (siang, katulistiwa) dengan yang dingin (malam, kutub). Pendek kata bumi mengandung seluruh kondisi yang begitu ideal untuk menyangga kehidupan. Hal ini tidak terdapat di planet-planet lain di tata surya. Mungkin juga sangat sulit didapatkan di seluruh jagat raya yang bisa kita amati.

Maka melihat itu semua, kita sepantasnya berfikir, bahwa Allah, Sang Pencipta bumi ini, tentu juga memiliki maksud di balik itu semua. Buku ini mengupas secara mendalam, dengan bahasa yang ringan, bahwa Allah telah mengirim manusia ke bumi ini sebagai agen untuk sebuah misi. Deskripsi misi dan “standard operating procedure” untuk menjalankannya dijelaskan dalam wahyu-Nya melalui Rasul-Nya. Allah adalah “Tuan” kita, yang kita harus teguh loyal padanya. Kalau SOP-nya dilanggar, pasti itu akan membahayakan diri kita sendiri. Dia juga telah membekali kita segala hal (input) yang kita butuhkan, dan akan menilai apa prestasi (output) yang kita hasilkan. Prestasi dinilai dari loyalitas kepada Tuan, dan kecerdasan menggarap lahan. Lahan harus dikelola dengan tepat (yaitu diniati ikhlas menuju ridha Allah) dan optimal (yaitu benar menurut kaidah-kaidah hukum dan ilmu pengetahuan).

Dengan menyadari hidup mengemban Misi sebagai Agen dari satu Tuan untuk mengerjakan Lahan yang terbentang luas ini, kita jadi memiliki arti dalam hidup ini. Kita jadi tahu, bahwa perjalanan misi kita sebagai agen ini (yaitu kehadiran kita di dunia) adalah episode yang paling menentukan dalam hidup kita (yang sesungguhnya tidak berhenti dengan berpisahnya badan dengan ruh kita nanti). Kita juga tahu bahwa untuk mengemban misi ini diperlukan suatu formasi ideologis. Formasi ini yang akan memfokuskan potensi pada diri kita masing-masing, sehingga semua bersinergi demi suksesnya misi.

Namun seperti apakah formasi ini? Bagaimana menggalang formasi ini? Bagaimana menumbuhkan sikap profesional di setiap agen, demi berhasilnya misi? Dan bagaimana contoh-contoh empiris ketegaran para agen dalam menghadapi resiko misi? Jawabnya akan anda temukan setelah membaca buku yang segar dan penuh inspirasi ini.

Tidak ada komentar: