Kamis, 14 Agustus 2008

Planet Robot


(salah satu bab dalam Demokrasi Tersandera?)

Alkisah, pada suatu masa, di dalam sebuah galaksi, terdapat sebuah planet yang di atasnya berlangsung sebuah peradaban. Peradaban itu sangat menjunjung produktivitas dan efisiensi. Miliaran robot dikerahkan dengan dikendalikan ratusan ribu manusia. Para manusia ini dipimpin lagi oleh ribuan manusia rasional. Para manusia rasional ini membentuk sentra-sentra produksi di berbagai tempat yang bertebaran di planet itu. Tiap-tiap dari mereka saling bersaing. Karena itu, untuk mengatasinya, mereka kemudian membentuk komite yang menjadi wasit atas persaingan mereka. Terdapat ratusan komite di planet itu. Delapan di antaranya merupakan komite besar. Ternyata tiap komite itu juga berkompetisi. Masing-masing mengandalkan dukungan dari para manusia rasional pemilik sentra produksi. Beberapa komite kemudian bergabung menjadi satu untuk melawan beberapa komite lainnya. Akhirnya, hanya ada dua konfederasi komite di planet itu.

Terdapat beberapa hal yang cukup unik di planet itu. Pertama, para robot yang bekerja di berbagai sentra produksi itu kadang-kadang berubah jadi manusia. Kalau sudah begitu, mereka kadang menyulitkan para manusia pengendali robot. Kedua, para manusia pengendali robot biasanya cukup cerdas menyikapi para robot. Hanya saja, ketika mereka menghadap para manusia rasional pemilik sentra produksi, mereka sekonyong-konyong berubah jadi robot. Ketiga, para manusia rasional pemilik sentra produksi seringkali kesulitan menangani masalah manusianisasi para robot. Mereka butuh jaminan bahwa para robot harus terus jadi robot. Jangan sampai jadi manusia. Karenanya, ketika para manusia pengendali sedang berubah jadi robot saat menghadap mereka, mereka sempatkan untuk memprogram mereka dengan program yang terjamin tak akan hilang saat mereka (manusia pengendali) nanti berubah menjadi manusia lagi, yaitu ketika bertemu para robot.

Karenanya, ketika para manusia pengendali itu kembali ke para robot, mereka tetap dalam keadaan terprogram, tapi mempunyai ekspresi manusia. Pikiran mereka sepenuhnya robot, tapi sikap dan gaya mereka sepenuhnya manusia. Karenanya, mereka cukup “tenang” menyikapi para robot. Mereka biasa dengan kepala dingin dan tangan dingin. Dengan keadaan itulah mereka menjaga para robot untuk tetap jadi robot. Dan dengan penjagaan kondisi inilah produktivitas dan efisiensi di planet itu tetap terjamin.
……..
……..
Pembaca yang budiman, gambaran di atas kiranya tak berlebihan untuk melukiskan planet biru, tempat kita berkejaran di atasnya…..
......

(Cuplikan bab PLANET ROBOT)

Tidak ada komentar: